Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani Somalangu, Penyebar Agama Islam Pertama Di Kebumen

Syekh As-Sayyid Abdul Kahfi Al-Hasani bernama asli Sayyid Muhammad ‘Ishom Al-Hasani. Lahir pada tanggal 15 Sya’ban 827H/1424M di kampung Jamhar, Kota Syihr, Hadharamaut. Merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Ayahnya bernama Sayyid Abdur Rasyid bin Abdul Majid Al-Hasani, sedangkan ibunya bernama Syarifah Zulaikha binti Mahmud bin Abdullah bin Syekh Shahibuddin Al-Huseini ‘Inath.

Ayah dari Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani adalah keturunan ke-22 Rasulullah SAW dari Sayyidina Hasan ra, melalui jalur Syekh Abdul Bar putera Syekh Abdul Qadir Al-Jilani Al-Hasani. Beliau datang dari Bagdad, Irak ke Hadharamaut atas permintaan Syekh Abdullah bin Abu Bakar As-Sakran (Al-Habib Al-'Idrus Al-Akbar) untuk bersama–sama Ahlibait Nabi yang lain menanggulangi para ahli sihir di Hadharamaut. Setelah para ahli sihir ini dapat dihancurkan, para Ahlibait Nabi tersebut kemudian bersama–sama membuat suatu perkampungan dibekas basis tinggalnya para ahli sihir itu.

Perkampungan ini kemudian diberi nama “Jamhar” sesuai dengan kebiasaan Ahlibait waktu itu yang apabila menyebut sesamanya dengan istilah Jamhar sebagaimana sekarang apabila mereka menyebut sesamanya dengan istilah “Jama’ah”. Sedangkan wilayah tempat kampung itu berada kini lebih dikenal dengan nama daerah Syihr, Syihir, Syahar ataupun Syahr. Yaitu diambil dari kata “Sihir” (mengalami pergeseran bunyi dibelakang hari), untuk menandakan bahwa dahulu wilayah tersebut memang sempat menjadi basis dari para ahli sihir Hadharamaut, Yaman.
Ayah dari Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani ini akhirnya tinggal, menetap dan wafat di Palestina, karena beliau diangkat menjadi Imam di Baitil Maqdis (Masjidil Aqsha). Di Palestina beliau masyhur dengan sebutan Syekh Abdur Rasyid Al-Jamhari Al-Hasani. Makam beliau berada di komplek pemakaman imam–imam masjid Al-Quds. Sedangkan 4 saudara Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani yang lain tinggal serta menetap di Syihr, ‘Inath serta Ma’rib, Hadharamaut.

Sayyid Muhammad ‘Ishom Al-Hasani semenjak usia 18 bulan telah dibimbing dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan keagamaan oleh guru beliau yang bernama Sayyid Ja’far Al-Huseini, Inath dengan cara hidup didalam goa – goa di Yaman.
Oleh sang guru setelah dianggap cukup pembelajarannya, Sayyid Muhammad ‘Ishom Al-Hasani kemudian diberi laqob (julukan) dengan "Abdul Kahfi". Yang menurut sang guru artinya adalah orang yang pernah menyendiri beribadah kepada Allah SWT dengan berdiam diri di goa selama bertahun–tahun lamanya. Nama Abdul Kahfi inilah yang kemudian masyhur dan lebih mengenalkan pada sosok beliau daripada nama aslinya sendiri yaitu Muhammad ‘Ishom.

Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani ketika berusia 17 tahun diangkat menjadi panglima perang untuk kerajaan Yaman oleh Al-Malik Shalahuddin Mudzaffar Amir (I) bin An-Nashir, pendiri dinasty At-Thahiri selama 3 tahun. Setelah itu beliau tinggal di tanah Haram, Makkah untuk memperdalam ilmu agamanya. Kemudian Pada usia 24 tahun, beliau berangkat berdakwah Islamiyah ke Pulau Jawa pada masa pemerintahan Prabu Kertawijaya Majapahit atau Prabu Brawijaya I (1447-1451M).

Beliau menuju Pulau Jawa dengan berjalan kaki melalui lautan dan mendarat pertama kali di pantai Karang Bolong, kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen. Setelah menaklukan dan mengislamkan Resi Dara Pundi di desa Candi Karanganyar, Kebumen lalu menundukkan Resi Candra Tirto serta Resi Dhanu Tirto di desa Candi Wulan dan desa Candimulyo kecamatan Kebumen, beliau akhirnya masuk ke Somalangu. Ditempat yang waktu itu masih hutan belantara ini, beliau hanya menanam sebuah tanda dan bermujahadah sebentar, mohon kepada Allah SWT agar kelak tempat yang sekarang menjadi Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu dapat dijadikan sebagai basis dakwah islamiyahnya yang penuh barokah dikemudian hari. Selanjutnya beliau meneruskan perjalanannya ke arah Surabaya, Jawa Timur.

Di Surabaya, Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani tinggal di Ampel. Ditempat itu beliau diterima oleh Sunan Ampel dan sempat membantu dakwah Sunan Ampel selama 3 tahun. Kemudian atas permintaan Sunan Ampel, beliau diminta untuk membuka Pesantren di Sayung, Demak. Setelah Pesantren beliau di Sayung, Demak mulai berkembang Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani kemudian diminta oleh muballigh – muballigh islam di Kudus agar berkenan pindah dan mendirikan Pesantren di Kudus. Problem ini terjadi karena para muballigh islam yang telah lebih dahulu masuk di Kudus sempat kerepotan dalam mempertahankan dakwah islamiyahnya sehingga mereka merasa amat membutuhkan sekali kehadiran sosok beliau ditengah–tengah mereka agar dapat mempertahankan dakwah islamiyah di wilayah tersebut.

Setelah Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani tinggal di Kudus dan mendirikan Pesantren ditempat itu, Sunan Ampel kemudian mengirim puteranya yang bernama Sayyid Ja’far As-Shadiq (Sunan Kudus) belajar pada beliau di Kudus. Tempat atsar Pesantren Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani di Kudus ini sekarang lebih dikenal orang dengan nama “Masjid Bubrah”.

Ketika berada di Pesantren beliau ini, Sayyid Ja’far As-Sahdiq (Sunan Kudus) sempat pula diminta oleh beliau untuk menimba ilmu pada ayah beliau yang berada di Al-Quds, Palestina yaitu Syekh Abdur Rasyid Al-Jamhari Al-Hasani. Oleh karena itu setelah selesai belajar di Al-Quds, Palestina atas suka citanya sebagai rasa syukur kepada Allah SWT bersama Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani, Sayyid Ja’far As-Shadiq (Sunan Kudus) kemudian mendirikan sebuah masjid yang ia berinama “Al-Aqsha”. Oleh Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani, Sayyid Ja’far As-Sahadiq (Sunan Kudus) kemudian ditetapkan sebagai imam masjid tersebut dan Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani kemudian pindah ke Demak guna membantu perjuangan Sultan Hasan Al-Fatah Pangeran Jimbun Abdurrahman Khalifatullah Sayidin Panatagama (Raden Fatah) di Kerajaan Islam Demak.

Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani akhirnya menikah dengan putri Demak, yang bernama GKR. Dewi Nur Thayyibah binti Raden Fatah (Sultan Demak) pada saat usianya telah mencapai kurang lebih 45 tahun. Pada waktu putera pertamanya yang bernama "Musthofa" yang kemudian setelah dewasa masyhur dengan Syekh Muhtarom Al-Hasani telah berusia kurang lebih 5 tahun, beliau bersama isteri dan puteranya itu hijrah dari Demak ke Somalangu untuk mendirikan Pesantren. Jadi setelah 27 tahun pendaratannya di Jawa, Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani barulah mendirikan Pesantren yang bertepatan pada hari Rabu, 25 Sya'ban 879H/4Januari 1475M. Di Somalangu inilah beliau akhirnya bermukim dan Pesantren yang didirikannya kemudian hari dikenal dengan nama Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu.

Daerah Somalangu adalah tanah perdikan yang diberikan oleh Sultan Hasan Al-Fatah kepada Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani, sebab jasa-jasa besar beliau kepada Kesultanan Demak dan dalam menyelesaikan permasalahan pengikut Syekh Siti Jenar pada waktu itu. Adapun kisah Asal Muasal Somalangu bisa dibaca di link tersebut.

Syekh Abdul Kahfi Al-Hasani terhitung cukup lama dalam mengasuh Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu. Yaitu berkisar mencapai 185 tahun. Ketika zaman beliau mengasuh Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu, santri beliah diterakan mencapai ribuan jumlahnya. Sehingga hampir seluruh daratan daerah Somalangu yang sekarang menjadi desa Sumberadi seluruhnya terisi oleh asrama-asrama para santri. Oleh karenanya jika sejarah keadaan Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu sepanjang kepengasuhan beliau dibeberkan akan menelan kisah yang cukup panjang.

Syekh As-Sayyid Abdul Kahfi Al-Hasani wafat pada malam Jum’ah, 15 Sya’ban 1018 H atau bertepatan dengan tanggal 12 November 1609 M. Jasad beliau dimakamkan di Ardir Rijal atau bukit Lemah Lanang, Somalangu, Kebumen. Dan beliaulah orang pertama yang dimakamkan di tempat tersebut.

Makam Syekh As-Sayyid Abdul Kahfi Al-Awwal Al-Hasani di bukit Lemah Lanang, Somalangu, Kebumen.

Baca Juga